Pangan (baca:Beras), Bisnis strategis di masa mendatang

Makan merupakan kebutuhan yang wajib dipenuhi oleh setiap individu manusia apakah berada pada peradaban purba atau se-modern apapun. Tanpa makan maka manusia tidak dapat melakukan aktivitasnya bahkan bisa menyebabkan kematian.

Yang ingin saya katakan adalah betapa strategisnya bisnis pangan saat ini dan di masa mendatang dimana jumlah penduduk terus bertambah sementara produksi beras malah menurun.

Bayangkan bagaimana tidak jumlah penduduk terus bertambah. Menurut BKKBN, penduduk Indonesia pada tahun 2011 adalah 241 juta diproyeksikan di tahun 2020 bertambah menjadi 260 juta jiwa dan menjadi 273 juta jiwa. Jumlah penduduk Indonesia bertambah 4 juta jiwa setiap tahunnya. Kita bandingkan dengan penyusutan luas lahan pertanian sebagai media untuk menghasilkan pangan. Dalam 10 tahun terakhir di pulau Jawa, sekitar 1 juta hektar lahan pesawahan telah beralih fungsi. Padahal penurunan lahan pertanian ini berbanding lurus dengan produksi pangan. Data di atas menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang negative antara pertumbuhan jumlah penduduk dengan produksi pangan.

Jika di lihat dari sudut pandang bisnis, maka semakin lama akan semakin kekurangan supply pangan (beras) dibandingkan demand yang terus bertambah. Saat ini pun Indonesia belum mencapai swa sembada beras dimana masih mengimpor beras dari luar negeri terutama Vietnam. Bagaimana jadinya jika suatu saat nanti keadaan vietnam sama dengan Indonesia dimana tidak mampu memenuhi kebutuhan beras untuk dalam negeri, maka tentunya pemerintah mereka akan membatasi ekspor beras. Jika pun ada maka harganya akan sangat tinggi.

Saat ini harga beras dikendalikan oleh Bulog sebagai wakil pemerintah dalam menstabilkan harga pangan. Sebab jika tidak ada pengatur seperti bulog, maka beras hanya akan menjadi alat perdagangan yang harganya melambung terus, sementara beras merupakan kebutuhan utama. Jika tidak ada pengendali harga maka beras akan langka atau harganya melambung dapat menimbulkan kekacauan di masyarakat.

Namun, bukan berarti beras tidak memiliki nilai ekonomis, beras masih menjadi komoditas yang memiliki nilai profit walaupun dengan margin yang relatif kecil. Jika tidak memiliki nilai ekonomis, mana mungkin semua super market dan hiper market modern mau menjual beras. Memang keuntungan dari bisnis beras ini adalah bukan dari margin profit tetapi dari volume penjualan.

About Leung Andy